Jumat, 09 Maret 2012

MENGATASI KONFLIK-KONFLIK KELUARGA (1)


MENGATASI KONFLIK-KONFLIK KELUARGA (1)
Memiliki komunikasi yang baik
Kejadian 2 : 24 – 25
I. PENDAHULUAN :
Rumah tangga yang bahagia bukanlah rumah tangga tanpa konflik, tetapi rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga yang dapat mengatasi konflik. Banyak masalah yang timbul dalam rumah tangga bukanlah karena ketidak cocokkan, tetapi karena tidak adanya komunikasi yang baik. Padahal sebenarnya tidak ada masalah yang terlalu besar yang tidak dapat diselesaikan kalau anggota keluarga mau berkomunikasi (nothing too big to talk to). Rumah tangga yang memiliki komunikasi yang baik adalah rumah tangga yang bahagia. Sebuah survey mengatakan bahwa 65% penyelewengan terjadi karena pendengaran. Sebagian besar persoalan perceraian adalah karena komunikasi yang buruk antara suami dan istri.
Prinsip Dasar Keluarga:
1.
Exodus    :
Prinsip keluar dari ketergantungan (meninggalkan masa kanak-kanak)
Seorang yang siap menikah berarti harus siap bertanggung jawab dan siap menghadapi semuanya.
Seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya (ayat 24) artinya meninggalkan masa kanak-kanaknya, keluar dari ketergantungan pada orang tuanya.
2.
Oneness  :
Prinsip kesatuan (segalanya dihadapi bersama-sama)
Keduanya menjadi satu daging (ayat 24) artinya adanya kesatuan dan semuanya dihadapi bersama-sama.
Alkitab berkata, satu orang dapat dikalahkan, dua orang dapat bertahan, tali tiga lembar tidak dapat dipisahkan, artinya kalau suami/istri menghadapi sendirian dapat dikalahkan tetapi kalau bersama-sama pasti dapat bertahan.
3.
Openess  :
Prinsip keterbukaan/komunikasi. Tidak ada yang ditutup-tutupi (ayat25). Banyak orang beranggapan ketelanjangan disini berhubungan dengan sexual approach, tetapi yang benar adalah communication approach, harus ada keterbukaan. Selama ada komunikasi maka keluarga akan kokoh.
Ketiga prinsip diatas saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena komunikasi membutuhkan kedewasaan dan kesadaran kesatuan dan kesadaran kesatuan membutuhkan keterbukaan.
                                                                
II. MASALAH-MASALAH KOMUNIKASI     
1.
Superioritas
a.
Suami : Perkataan saya tidak dapat dibantah, karena suami merasa sebagai kepala (ada unsur penjajahan). Kepala artinya menjadi sumber penampungan informasi. Jadi kepala keluarga artinya menampung informasi.
b.
Isteri   : Mengendalikan suami (1 Raja-raja 21:7-8);
            Roh Izebel (Wahyu 2:20);
            Dosa keturunan Hawa (Kejadian 3:6)
            Suami adalah kepala dan istri adalah leher yang
            menopang, keduanya harus saling mendukung dan
            menunjang.
 2.
Kekerasan
Siapa yang lebih keras harus didengar
Band.   
     I Samuel 25 : 9-13    : Nabal
     I Samuel 25 : 21-24  : Abigail (menyelesaikan masalah dengan
       kelembutan)
     I Samuel 25 : 32-34  : Daud Kalau kekerasan menjadi warna
       dari sebuah komunikasi maka yang ada hanyalah emosi dan
       pembantaian, saling menjatuhkan, saling menyakitkan dan
       saling mau menghabisi sehingga perceraian hanya tinggal
       tunggu waktu.
3.
Mau menang sendiri (Egois)
Kecenderungan mis-communication terjadi karena saya merasa selalu benar dan kamu selalu salah.
4.
Tidak merasa perlu meminta maaf
Kata ‘sorry’ tidak selalu berarti saya salah, tetapi kadangkala berarti saya belum mengerti kamu seperti seharusnya saya mengerti. Dalam komunikasi kata maaf sangat menentukan. Orang yang sulit minta maaf adalah orang yang tidak bahagia hidupnya.
5.
One way Traffic
Hanya berdasarkan apa yang saya pandang benar (tidak mau mendengar). 
Sumber : glministry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar